Tuesday 4 October 2016

Keselamatan Teman, Aku dan Rombongan- Pendakian G.Sumbing via Butuh Kaliangkrik

Assalamualaikum wr wb                            
Salam Lestari

                 Magelang, Sabtu 1 Oktober 2016,tepatnya malam 1 Muharram atau malam satu suro
           Sedikit demi sedikit selorotan cahaya masuk membelah hitamnya kegelapan, katup mata mulai dengan kepekaannya membuka diriku dari dunia mimpi, hawa dingin mulai memasuki ragaku, samar-samar kulihat kearah jarum yang bergerak sedetik demi sedetik, tepat pukul 6 pagi lebih sedikit, aku membangunkan badan untuk segera melakukan aktivitas seperti biasa. Tapi ada hal istimewa yang selalu aku tunggu-tunggu. Penantian tidak kurang dari enam jam, setelah mempersiapkan peralatan aku langsung meluncur ke basecamp pendakian gunung Sumbing. Ya , mendaki atau biasa orang sebut muncak adalah kegemaranku sejak 3 tahun yang lalu.Tetapi kali ini suasana pendakianku sangat berbeda, kurang lebih jam 13.30 WIB aku sampai dikediaman temanku [ namanya Dikdo(Laki-laki)] tepatnya satu desa dengan basecamp pendakian. Yang selalu aku suka dari penduduk desa itu adalah keramahannya kepada setiap orang. Bahkan kedekatanku kepada keluarga Dikdo bisa dianggap seperti saudara sendiri. Setelah 3 jam menunggu, Dikdo akhirnya pulang dari sekolah, kami berencana untuk muncak bareng. Tapi, cuaca yang kurang bersahabat membuat mood Dikdo hilang,ia tidak jadi mendaki bersamaku, yah bagaimana lagi, aku sudah membawa peralatan dan aku sangat ingin sekali untuk mendaki waktu itu, tekatku sudah bulat aku akan berangkat mencari rombongan lain. Dan akhirnya aku mendaki bersama rombongan dari masnya Dikdo. Namanya Mas Adam (laki-laki), aku baru pertama kali mendaki sendirian, maksudnya tidak kenal dengan orang rombonganku sendiri. Setelah packing kembali di rumah mas Adam, kami melanjutkan perjalanan ke basecamp pendakian. Disana aku bertemu dengan teman-teman mas Adam (sekitar 20 tahunan ). Ada mas Bayu (sekitar 20 tahunan ), mas Yosep (sekitar 30 tahuan ), mas L (duh maaf mas lupa namanya T.T )(sekitar 20 tahunan),ibu mas Adam ( sekitar 40 tahunan ), mbak Lastri ( sekitar 19 tahuanan ) dari desa sebelah kayaknya, dan dari Sulawesi ada mas anca dan mbak nita (sekitar 20 tahunan ). Oh iya, mas Anca dan mbak nita bertemu dengan teman-teman mas Adam ketika mendaki di G. Lawu. Sebelum kami berangkat mendaki kami sempatkan untuk berfoto bersama, eh, juga ada artistnya Lo !!!! Personil Boomerang band, kebetulan mereka baru saja turun gunung.  
            Setelah membaca doa kami berangkat dengan hati-hati, jalannya licin dan juga becek karena baru saja hujan. Kami berangkat bersembilan, kurang lebih jam 21.00 WIB. Karena baru kali ini mendaki bareng cewe,  jadi aku harus menyeimbangkan kecepatan jalanku. Aku jalan di posisi paling belakang sedangkan perempuan ditengah, tapi tidak termasuk ibunya mas Adam, beliau malah berada paling depan dengan mas Yosep dan meninggalakan yang di belakang. Jadi, jangan remehkan tenaga orang tua ya hehe..
Setelah beberapa jam berjalan akhirnya kami sampai di pos 1. Di sana sudah ada ibunya mas Adam dan mas Yosep yang menunggu perjalanan kami. Oh iya, saat dalam perjalanan mbak nita selalu saja di godain sama mas mas yang lain. Hahah.. bukan termasuk saya lo !!!! :D. Setelah beberapa menit istirahat kami melanjutkan perjalanan kembali, "Saran untuk teman-teman yang ingin mendaki, sebaiknya kalau istirahat jangan terlalu lama, karena bisa membuat badan menjadi dingin, dan jangan lupa isilah perjalanan kalian dengan tawa dan senyum ya". Ditengah perjalanan dari pos 1 ke pos 2,rombongan terbagi menjadi 3 kelompok. Ibunya mas Adam dan mas Yosep berada paling depan. Aku dan mas L ditengah, kemudian sisanya dibelakang. Jarak antar kelompok lumayan jauh, saat hampir sampai di pos 2 kami memutuskan untuk menunggu rombongan terkahir. Untungnya dirombongan kami ada yang membawa walky talky, jadi jika jarak terlalu jauh tinggal menghubingi dan suruh menunggu saja. Akhirnya kami sampai di pos 2, Dalam perjalanan aku sedikit sekali berbicara kalau nggak di ajak ngobrol ya mulut tetap nutup haha.. Nah, tepat di pos 2 mbak nita dan mbak lastri nyindir saya dengan candaan karena saya jarang ngobrol dengan rombongan dan selalu menepi sendirian. Entah, aku juga bingung kenapa melakukan hal itu. Tapi kalau jarang ngobrol aku punya alasan yang tepat. Mereka baru saja aku kenal dan belum mengetahui sifat-sifat mereka, aku takut jika salah ngomong membuat mereka sakit hati atau marah. Tapi dalam perjalanan aku selalu menunjukan senyum indahku, bagaikan cahaya di kegelapan hahah...

           Dinginya malam, dinginya di atas gunung, dinginya hembusan angin sudah tak terpikirkan lagi. Kami harus melanjutkan perjalanan untuk mencari kehangatan. Seperti biasa ibunya mas Adam dan mas Yosep jalan duluan. Perjalanan kami dari pos 2 ke pos 3 tidak begitu berat seperti pos1-pos2. Jalanya tidak terlalu menanjak , tapi kami harus tetap berhati-hati karena licin dan becek. Dalam perjalanan mbak Lastri dan mbak nita sudah tidak semangat seperti perjalanan sebelumnya mungkin mereka kecapekan. Dan terkadang mbak Lastri memejamkan matanya sambil duduk di pinggir jalan saat istirahat. Memang medannya tidak terlalu berat tetapi treknya sangat jauh dan harus melewati sungai berbatu yang licin akibat hujan. Dalam perjalanan kami banyak bertemu dengan pendaki lainnya. Memang jika event-event tertentu gunung ramai dikunjungi orang. Kami berencana untuk makan-makanan berat di pos 3, tapi sesampainya disana, pos 3 sudah penuh untuk camp pendaki lain jadi kami harus melanjutkan perjalanan ke pos 4. Ibunya mas Adam dan mas Yosep jalan duluan untuk mencari tempat mendirikan Tenda atau Dom di pos 4. Dalam perjalanan mbak Lastri dan mbak nita seperti tidak kuat, tapi mas Bayu dan lainnya terus memberikan semangat dan tidak lupa bercanda. Akhirnya kami sampai di pos4 kurang lebih jam 03.00 WIB  kami langsung mendirikan dome. Mbak Lastri, mbak nita dan ibunya mas Adam. Aku, mas Bayu, mas Ldan mas Yosep. sedangkan mas Anca sendirian didomenya dan mas Adam tidur di hammock. Hawa di pos 4 sangatlah dingin, aku mengeluarkan sleeping bag untuk bersiap tidur tapi mbak Lastri dan mbak Nita hanya menggunakan sleeping bag satu untuk menyelimuti tubuh mereka. Sepertinya mereka berdua kedinginan minta ampun. Kemudian mas Adam dan aku setuju untuk memberikan SB ku ke mereka. Badanku hanya terbungkus sarung dan kakiku kubungkus dengan wadah sleeping bag dan plastik. hahah.... Aku terus terjaga karena dinginya badanku dan ketika aku dapat memejamkan mataku. Aku merasa 5 menit kemudian aku dibangunkan oleh cahaya sang mentari. Sial... mataku seperti ingin menutup lagi, melampiaskan kelelahanya dalam perjalanan. Tapi apa boleh buat, kami berencana ke puncak dan kekawah pagi ini. Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan, mas Bayu memutuskan dirinya untuk menjaga tenda. Saat perjalanan ke atas mbak Nita dan mas Adam tertinggal di belakang. Sepertinya mbak Nita kelelahan, saat di pos4 tadi mbak Nita tidak sarapan karena perutnya sakit. Akhirnya kami putuskan untuk menunggu di pertigaan arah puncak sejati dan arah kawah. Lama kami menunggu akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan kekawah tanpa mbak Nita dan mas Adam. Dalam perjalanan kami sempat berfoto-foto. Sesampai dikawah hujan mulai turun, teman-teman mulai memakai jas hujan mereka. Aku dan mas Anca tidak memakai jas hujan, hanya jaket parassit yang kami gunakan. Mas Anca berencana untuk sampai kepuncak Rajawali, puncak tertinggi gunung Sumbing. Tapi mas Yosep tidak memperbolehkan karena waktu yang semakin sore dan hujan yang mulai deras, saya setuju dengan mas Yosep. Saat kami kembali dari ke SegaraWedi ( lautan pasir ) kami bertemu dengan mbak Nita dan mas Adam kami memutuskan kembali bersama, sementara ibunya mas Adam dan lainya sudah jalan ke pos 4 duluan. Kami terus berjalan hingga akhirnya hampir saja salah jalan ke pendakian via desa lain. Aku,mas Anca dan mas Yosep yang kesasar karena mbak Nita dan mas Adam ketinggalan di belakang. Akhirnya kami bertemu kembali dengan mereka. Aku dan mas Anca memutuskan untuk jalan duluan karena kami berdua tidak menggunakan jas hujan. Saat diperjalanan aku dan mas Anca berteduh di bawah pohon tapi pakaian yang basah, air yang membuat dingin, rasanya seluruh badanku hampir membeku . Aku memutuskan untuk mengajak mas Anca melanjutkan perjalanan, katanya mas Anca jaketnya anti air, tapi setelah di buka bajunya basah semua hahah... Kami terus berjalan dalam kedaan kedinginan tangan mulai susah untuk digerakan, hujan masih berlalu dengan derasnya, suara petir menyambar berulang kali, tapi tidak kami hiraukan. Yang ada dipikiranku sekarang adalah sampai di pos 4 dengan selamat. jari-jari kakiku mati rasa, tanganku kumasukan kedalam saku jaket, sementara mas Anca sudah terlihat jauh di depan. Aku melihat mas Anca berulang-ulang terpleset begitu juga aku. Tapi kami harus bangun dengan cepat dan melanjutkan perjalanan tanpa berfikiran dingin atau sakit. Sementara itu aku melihat kebelakang, mas Adam , mbak Nita dan mas Yosep tidak ada dalam jangkauan mataku. Pikirku mungkin mereka berteduh disuatu tempat. Lalu kupalingkan wajahku kedepan, mas Anca sudah sangat jauh aku bergegas menambah kecepatanku mengejar mas Anca. Dingin sudah tidak aku pedulikan lagi. Akhirnya aku sampai di pos 4 dan langsung masuk ke tenda, tapi didalam tenda sudah penuh, tenda satunya banjir. Lalu aku menghampiri tenda mas Anca. Sama saja tenda mas Anca juga banjir ,tapi apa boleh buat daripada mati kedinginan diluar aku masuk tenda mas Anca. Mas Anca menghidupkan kompor gasnya untuk menghangatkan badan kami. Aku mengambil kopi untuk kami minum bersama. Saat hendak meminum kopi tersebut mas Yosep datang dengan muka pucat dan panik berbicara kepada kami."Nita pingsan!!".


Bersambung...